Site icon

Negara Bukan Panggung Konten, Om!

Negara Bukan Panggung Konten, Om!

Negara Bukan Panggung Konten, Om!

daripinggir.com – Coba bayangin: kamu bangun tidur, ambil HP, buka TikTok, dan bam!—ada gubernur marah-marah di lokasi wisata, bupati ngamuk karena rumput kantor dinas gak dipotong, wakil bupati lagi wawancara korban penipuan… di TikTok.

Semua sibuk.
Semua tampil.
Semua… on cam.

Lalu kamu mikir:
“Wah, keren banget mereka kerja!”

Pemerintahan sekarang rasanya kayak rumah produksi film. Episodenya panjang, tokoh utamanya pejabat, plotnya muter-muter, dan rakyat? Jadi figuran.
Seolah penderitaan warga wajib ada supaya sang pahlawan bisa tampil heroik.

Penonton setia, tapi gak pernah dapet ending bahagia.
Yang berubah drastis dari episode ke episode?
Cuma nasib si pejabat.

Populisme Level Influencer

Kebijakan hari ini bukan lagi soal “baik atau buruk”, tapi soal rame atau enggak.
Yang penting viral.
Yang penting naik engagement.
Yang penting kelihatan bertindak cepat, walau belum sempat mikir.

Akhirnya banyak pejabat jadi kayak selebgram dadakan:

Saking pengin kelihatan kerja, kadang yang dicopot bukan masalahnya… tapi orang yang lagi apes lewat.
Klip-nya bagus soalnya.

Kebijakan Butuh Nalar, Bukan Viewer

Negara itu kayak dapur.
Kalau semua masakan dibuat berdasarkan komentar netizen, bisa-bisa soto dikasih topping bubble tea.
Aneh? Ya, itulah yang terjadi kalau akal sehat dikalahkan oleh algoritma.

Kita butuh negara yang gak cuma rajin tampil, tapi juga mikir:

Rakyat Jangan Cuma Jadi Penonton

Kalau negara jadi panggung konten, rakyat cuma dapat popcorn.
Seru nontonnya, tapi perut tetap kosong.
Rakyat jadi viewer, bukan subjek kebijakan.

Kita butuh lebih dari drama. Kita butuh arah.
Jadi, wahai pejabat:

Karena negara ini bukan akun TikTok.
Bukan juga channel YouTube.
Ini rumah kita semua.

📍Disiarkan dari pinggir panggung kekuasaan. Pakai akal sehat, bukan filter TikTok. Jangan lupa: scroll boleh, mikir wajib.

Exit mobile version